Kanibalisme diperkirakan telah menyebar pada masyarakat primitif di seluruh dunia, di antaranya Afrika Tengah dan Barat, Melanesia (termasuk Indonesia), Polynesia, Suku-suku Indian di Amerika Utara dan Selatan, Suku Aborigin di Australia, dan Suku Maori di Selandia Baru.
Pada tahun 1942 Christoporus Colombus menemukan Kepulauan Karibia, dan penduduk aslinya yang setengah telanjang ternyata adalah kanibal. Bagi bangsa Eropa waktu itu, kanibal merupakan makhluk yang sangat berbahaya.
Etnis asal Amerika Selatan yang tinggal di sekitar Brazilia, Paraguay, dan Argentina, bernama Tupinamba, memiliki kebiasaan menyantap tawanan perangnya sebagai aksi balas dendam demi keluarga yang gugur dalam peperangan. Praktik semacam ini dikenal sebagai Endokanibalisme. Adat tersebut tetap dilakukan sampai awal abad 17. Setelah masuknya bangsa Eropa, terutama Spanyol, suku ini kemudian menghilang. Sebagian berpindah tempat dan sisanya berasimilasi dengan masyarakat Brazilia.
Di Amerika Serikat ditemukan bekas-bekas kanibalisme yang dilakukan oleh Anasazis, Suku Indian kuno yang musnah 1.300 tahun yang lalu. Di sana ditemukan debu dan pecahan tulang, bekas-bekas pengelupasan kulit kepala, mutilasi, bekas luka bakar, dan pemanggangan daging manusia di atas periuk.
Suku Aztec melakukan kanibalisme dalam ritual keagamaannya, sebagai bentuk pendekatan dan menenangkan keinginan para Dewa. Suku Dayak, selain mengoleksi tengkorak yang telah dikecilkan, ternyata juga memakan jantung korban perangnya. Sedangkan Suku Kapau di Papua Nugini menyantap hati dan biseps kanan musuhnya.
Sayang literatur antropologi bertopik kanibalisme sangat terbatas. Walaupun banyak masyarakat sekarang yang berpikiran terbuka dan berjiwa petualang, namun tampaknya beberapa orang masih skeptis dan menganggap tabu memikirkan makan daging manusia . Kanibalisme , seperti halnya praktek lain , masih merupakan batas relativisme budaya . Namun, sebagai konsekuensi dari kolonialisme dan penginjilan , kanibalisme hampir seluruhnya sudah tidak dipraktekkan lagi. Saat ini, satu-satunya cara untuk mempelajarinya adalah melalui kesaksian saksi yang memiliki pengalaman menyangkut hal ini.
Berdasarkan pengkajian dan penelitian yang dilakukan oleh para antropolog, ada beberapa jenis kanibalisme yang pernah diungkap, yaitu: Compassionate Cannibalism, Warfare Cannibalism, Religious/Ritual Cannibalism, Survival Cannibalism. Jenis-jenis kanibalismetersebut akan dijabarkan dalan tulisan berikutnya. (Bersambung bagian 3)
Jejak Kanibalisme (1): Suku Korowai Suka Makan Otak Manusia
Jejak Kanibalisme (2): Jenis dan Perilaku Para Kanibal
Jejak Kanibalisme (3): Compassionate Cannibalism, Pemakan Manusia Bermotif Rasa Cinta
Jejak Kanibalisme (4): Warfare Cannibalism, Pemakan Manusia yang Jadi Musuhnya
Jejak Kanibalisme (5): Religious (Ritual) Cannibalism
Jejak Kanibalisme (6): Survival Cannibalism ketika Perang dan Bencana
Pada tahun 1942 Christoporus Colombus menemukan Kepulauan Karibia, dan penduduk aslinya yang setengah telanjang ternyata adalah kanibal. Bagi bangsa Eropa waktu itu, kanibal merupakan makhluk yang sangat berbahaya.
Etnis asal Amerika Selatan yang tinggal di sekitar Brazilia, Paraguay, dan Argentina, bernama Tupinamba, memiliki kebiasaan menyantap tawanan perangnya sebagai aksi balas dendam demi keluarga yang gugur dalam peperangan. Praktik semacam ini dikenal sebagai Endokanibalisme. Adat tersebut tetap dilakukan sampai awal abad 17. Setelah masuknya bangsa Eropa, terutama Spanyol, suku ini kemudian menghilang. Sebagian berpindah tempat dan sisanya berasimilasi dengan masyarakat Brazilia.
Di Amerika Serikat ditemukan bekas-bekas kanibalisme yang dilakukan oleh Anasazis, Suku Indian kuno yang musnah 1.300 tahun yang lalu. Di sana ditemukan debu dan pecahan tulang, bekas-bekas pengelupasan kulit kepala, mutilasi, bekas luka bakar, dan pemanggangan daging manusia di atas periuk.
Suku Aztec melakukan kanibalisme dalam ritual keagamaannya, sebagai bentuk pendekatan dan menenangkan keinginan para Dewa. Suku Dayak, selain mengoleksi tengkorak yang telah dikecilkan, ternyata juga memakan jantung korban perangnya. Sedangkan Suku Kapau di Papua Nugini menyantap hati dan biseps kanan musuhnya.
Sayang literatur antropologi bertopik kanibalisme sangat terbatas. Walaupun banyak masyarakat sekarang yang berpikiran terbuka dan berjiwa petualang, namun tampaknya beberapa orang masih skeptis dan menganggap tabu memikirkan makan daging manusia . Kanibalisme , seperti halnya praktek lain , masih merupakan batas relativisme budaya . Namun, sebagai konsekuensi dari kolonialisme dan penginjilan , kanibalisme hampir seluruhnya sudah tidak dipraktekkan lagi. Saat ini, satu-satunya cara untuk mempelajarinya adalah melalui kesaksian saksi yang memiliki pengalaman menyangkut hal ini.
Berdasarkan pengkajian dan penelitian yang dilakukan oleh para antropolog, ada beberapa jenis kanibalisme yang pernah diungkap, yaitu: Compassionate Cannibalism, Warfare Cannibalism, Religious/Ritual Cannibalism, Survival Cannibalism. Jenis-jenis kanibalismetersebut akan dijabarkan dalan tulisan berikutnya. (Bersambung bagian 3)
Jejak Kanibalisme (1): Suku Korowai Suka Makan Otak Manusia
Jejak Kanibalisme (2): Jenis dan Perilaku Para Kanibal
Jejak Kanibalisme (3): Compassionate Cannibalism, Pemakan Manusia Bermotif Rasa Cinta
Jejak Kanibalisme (4): Warfare Cannibalism, Pemakan Manusia yang Jadi Musuhnya
Jejak Kanibalisme (5): Religious (Ritual) Cannibalism
Jejak Kanibalisme (6): Survival Cannibalism ketika Perang dan Bencana