Compassionate Cannibalism merupakan tindakan kanibalisme bermotif rasa sayang dan penghormatan kepada yang sudah berlalu. Dalam bukunya yang berjudul Consuming Grief, seorang profesor antropologi dari Universitas Vanderbilt, Beth A. Conklin dan informan nya menggambarkan cara di mana penguburan kanibalisme dipraktekkan sampai 1960-an oleh suku Indian Wari dari hutan hujan Amazon barat, Brazil.
Menurut Astrid Priscilla Dion, praktek Wari tertanam dalam cara hubungan sosial yang dibangun antara Wari. Conklin menunjukkan bahwa penguburan kanibalisme merupakan komponen utama dari sebuah proses berduka yang menyebabkan tubuh almarhum "menghilang" untuk membantu keluarga dan teman-teman yang merasa kehilangan agar merasa damai lebih mudah dan cepat.
Tepat setelah kematian, kerabat terdekat akan memeluk dan merangkul orang yang meninggal. Tubuh akan dibiarkan selama tiga hari sampai utusan dan kerabat datang, kemudian keluarga mempersiapkan tubuh mayat untuk dimakan dengan membangun pembakaran, menghilangkan organ vital, dan akhirnya memanggang tubuhnya. Organ penting termasuk jantung dan hati akan dimakan sedangkan rambut akan dibakar. Konsumsi daging akan meredakan kesedihan keluarga, karena itu berarti jiwa orang tersebut sedang disimpan dalam tubuh hidup dari kerabat, bukannya ditinggalkan mengembara hutan.
Di masa lalu, bagi masyarakat suku Wari, gagasan meninggalkan tubuh orang yang dicintai di tanah dan membiarkannya membusuk adalah hal yang tabu dan menjijikkan bagi suku ini. Sehingga praktek kanibalisme ini dianggap sebagai cara terbaik untuk mengekspresikan tindakan belas kasih dan cinta yang melambangkan duka.
Namun pada tahun 1950, pengusaha lokal Brazil yang ingin membuka lahan yang ditempati oleh suku Wari untuk pembangunan komersial menyewa pembunuh bayaran dengan senapan untuk membunuh penduduk asli. Akibatnya, lebih dari 25 persen kematian suku Wari terjadi dan pemerintah mulai turun tangan untuk menghentikannya. Selama beberapa tahun , masyarakat suku Wari menjadi tergantung pada pemerintah dan misionaris untuk makanan dan obat-obatan . Sehingga mereka menggunakan pengaruh mereka untuk menghentikan kanibalisme dan membuat suku Wari mengadopsi praktik penguburan Barat.(Bersambung bagian 4)
Jejak Kanibalisme (1): Suku Korowai Suka Makan Otak Manusia
Jejak Kanibalisme (2): Jenis dan Perilaku Para Kanibal
Jejak Kanibalisme (3): Compassionate Cannibalism, Pemakan Manusia Bermotif Rasa Cinta
Jejak Kanibalisme (4): Warfare Cannibalism, Pemakan Manusia yang Jadi Musuhnya
Jejak Kanibalisme (5): Religious (Ritual) Cannibalism
Jejak Kanibalisme (6): Survival Cannibalism ketika Perang dan Bencana
Tepat setelah kematian, kerabat terdekat akan memeluk dan merangkul orang yang meninggal. Tubuh akan dibiarkan selama tiga hari sampai utusan dan kerabat datang, kemudian keluarga mempersiapkan tubuh mayat untuk dimakan dengan membangun pembakaran, menghilangkan organ vital, dan akhirnya memanggang tubuhnya. Organ penting termasuk jantung dan hati akan dimakan sedangkan rambut akan dibakar. Konsumsi daging akan meredakan kesedihan keluarga, karena itu berarti jiwa orang tersebut sedang disimpan dalam tubuh hidup dari kerabat, bukannya ditinggalkan mengembara hutan.
Di masa lalu, bagi masyarakat suku Wari, gagasan meninggalkan tubuh orang yang dicintai di tanah dan membiarkannya membusuk adalah hal yang tabu dan menjijikkan bagi suku ini. Sehingga praktek kanibalisme ini dianggap sebagai cara terbaik untuk mengekspresikan tindakan belas kasih dan cinta yang melambangkan duka.
Namun pada tahun 1950, pengusaha lokal Brazil yang ingin membuka lahan yang ditempati oleh suku Wari untuk pembangunan komersial menyewa pembunuh bayaran dengan senapan untuk membunuh penduduk asli. Akibatnya, lebih dari 25 persen kematian suku Wari terjadi dan pemerintah mulai turun tangan untuk menghentikannya. Selama beberapa tahun , masyarakat suku Wari menjadi tergantung pada pemerintah dan misionaris untuk makanan dan obat-obatan . Sehingga mereka menggunakan pengaruh mereka untuk menghentikan kanibalisme dan membuat suku Wari mengadopsi praktik penguburan Barat.(Bersambung bagian 4)
Jejak Kanibalisme (1): Suku Korowai Suka Makan Otak Manusia
Jejak Kanibalisme (2): Jenis dan Perilaku Para Kanibal
Jejak Kanibalisme (3): Compassionate Cannibalism, Pemakan Manusia Bermotif Rasa Cinta
Jejak Kanibalisme (4): Warfare Cannibalism, Pemakan Manusia yang Jadi Musuhnya
Jejak Kanibalisme (5): Religious (Ritual) Cannibalism
Jejak Kanibalisme (6): Survival Cannibalism ketika Perang dan Bencana