Isu kebangkitan PKI kembali diungkit oleh mantan Panglima TNI, Gatot Nurmantyo. Selama mengangkat isu kebangkitan PKI ini, Gatot Nurmantyo berulangkali memaparkan beberapa alasan yang sulit dilacak kebenarannya. Salah satu alasan yang dipaparkan Gatot adalah adanya penghapusan sejarah PKI dalam mata pelajaran sekolah. Pertanyaanya, benarkan sejarah PKI dalam mata pelajaran sekolah telah dihapuskan pada pasca reformasi 1998?
Setelah ditelusuri, sejarah pemberontakan PKI ternyata tak pernah dihapus dari buku pelajaran sekolah. Bila tidak percaya silakan lacak sendiri dalam buku sejarah kurikulum 2006 maupun buku sejarah kurikulum 2013. Sejarah pemberontakan PKI tetap ada dan tak pernah dihapus. Bahkan, dalam buku sejarah kurikulum 2006 isinya dinilai nyaris tak ada bedanya pelajaran sejarah yang diajarkan pada masa Orde Baru. Peristiwa kelam tahun tahun 1965 masih tetap tercantum dalam buku sekolah.
Artinya, Gatot Nurmantyo selama telah melakukan pembohongan publik secara berulang-ulang soal penghapusan sejarah pemberontakan PKI dari buku pelajaran sekolah. Faktanya, sejarah pemberontakan PKI masih tetap ada dalam buku pelajaran sekolah.
Bila ingin mengtahui kepastiannya, biasa ditanyakan langsung kepada para guru di setiap sekolah atau dosen-dosen di perguruan tinggi. Zaky Yamani, seorang pengajar perguruan tinggi swasta, pernah menelusuri soal materi sejarah dalam buku pelajaran sekolah kurikulum 2006 maupun kurikulum 2013. Hasilnya, sejarah pemberontak PKI masih tetap ada.
Pengakuan Dosen Soal Sejarah Pembenrontakan PKI
Pengalaman Zaky Yamani selama mengajar di perguruan tinggi pernah dibagikan melalui tulisan berjudul "Mata Pelajaran Sejarah di Sekolah: Doktrin atau Pembuka Wawasan?". Dalam artikel itu, Zaky Yamani membeberkan rasa penasarannya soal lemahnya pengetahuan sejarah para mahasiswanya. Karena itu, Zaky Yamani pernah mengajukan pertanyaan ini kepada mahasiswanya: "Kalian suka pelajaran sejarah?”
Zaky Yamani heran karena semua mahasiswanya ternyata menjawab tidak suka dengan pelajaran sejarah. Umumnya, alasan mereka karena pelajaran sejarah di sekolah membosankan, dan guru hanya menuntut para siswa untuk menghapal nama-nama tokoh, lembaga-lembaga, dan tanggal-tanggal kejadian.
Karena penasaran, Zaky Yamani akhirnya mencoba menyelidik dengan membaca buku-buku pelajaran sejarah untuk SMA dari dua kurikulum berbeda: kurikulum 2006 dan kurikulum 2013. Kurikulum 2006 isinya nyaris tak ada bedanya pelajaran sejarah yang diajarkan pada masa Orde Baru. Tak ada narasi dan penjelasan yang kaya tentang bagaimana sejarah mengalir. Isinya lebih banyak tentang kejayaan, sejak zaman kerajaan-kerajaan, sampai zaman modern.
Begitu juga tentang pergantian kekuasaan, isinya masih seperti dulu: seakan-akan pergantian kekuasaan di Indonesia dari Orde Lama ke Orde Baru sampai ke "Orde Reformasi” terjadi dengan normal. Seakan-akan setiap pergantian kekuasaan itu semuanya berjalan normal dan lembut. Konflik-konflik sosial yang menyertai setiap pergantian kekuasaan itu tidak disampaikan, alasan-alasan pergantian kekuasaan juga tidak dibahas. Tak terasa ada rangsangan bagi siswa untuk melihat alur sejarah itu dengan kritis dan memancing diskusi.
Dalam buku pelajaran sejarah kurikulum 2013, isinya dinilai Zaky Yamani sudah lebih baik. Ada upaya kepada guru dan siswa untuk mendiskusikan materi sejarah, dan siswa didorong untuk mencari sumber-sumber informasi lain tentang sejarah negeri ini.
Namun, Zaky Yamani melihat materi di dalam buku pelajaran sejarah Indonesia isinya masih kental dengan doktrin untuk membuat siswa bangga dengan sejarah bangsanya, bukan untuk menjadi pembelajar yang kritis. "Saya khawatir, jika guru sejarahnya tidak memperkaya diri dengan perkembangan pengetahuan sejarah, pelajaran sejarah akan kembali tergelincir ke masa Orde Baru: menjadi alat doktrin, alih-alih menjadi pembuka pikiran kritis." kata Zaky Yamani.
Kemudia Zaky Yamani mengambil contoh soal pemaparan konflik politik dan sosial tahun 1965, G30S. Narasi sejarah yang disampaikan masih didominasi narasi sejarah versi Orde Baru, tanpa membuka kemungkinan-kemungkinan lain yang mendorong terjadinya peristiwa itu, dan peristiwa berdarah yang terjadi sesudahnya: pembantaian ribuan (bahkan ada juga klaim jutaan) warga yang dituding sebagai simpatisan PKI.
Narasi itu bagi Zaky Yamani sangat mengerikan. Pertama, tidak ada narasi mengenai situasi nasional dan internasional yang utuh terkait peristiwa G30S, dan PKI masih dijadikan sebagai satu-satunya penyebab peristiwa itu. Kedua, narasi itu mengarahkan siswa untuk melihat PKI sebagai satu-satunya tokoh jahat, dan dengan demikian harus dibasmi. Ketiga, dengan justifikasi pembasmian PKI itu, jika suatu hari siswa mengetahui bahwa Indonesia pernah melakukan pembantaian massal terhadap warganya sendiri, siswa akan menganggap hal itu sebagai wajar dan sudah seharusnya.
Kenapa Gatot Suka Mengungkit Kebangkitan PKI?
Bukan hanya tahun 2020 ini saja Gatot Nurmantyo mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang ngawur. Dalam dialog di Kompas TV misalnya, Gatot Nurmantyo pernah melontarkan tuduhan bahwa yang menyuruh menghentikan pemutaran film G30/PKI adalah PKI. Padahal yang menghentikan pemutaran film G30/PKI adalah Menteri Penerangan Letjend Yunus Yosfiah di era Presiden BJ Habibie. Mosok Gatot nuduh seiornya sendiri Letjend Yunus Yosfiah sebagai PKI?
Gatot Nurmantyo juga melontarkan tuduhan bahwa penghapusan sejarah PKI dari buku pelajaran sekolah adalah PKI. Padahal, yang terjadi bukan penghapusan, tapi hanya melakukan peninjauan buku sejarah produk Orde Baru. Sedang yang mengeluarkan perintah juga bukan PKI, tapi Mendikbud Juwono Sudarsono di era Presiden BJ Habibie. Mosok Mendikbud Juwono Sudarsono adalah PKI?
Gatot Nurmantyo juga melontarkan tuduhan bahwa yang mencabut “TAP MPRS Nomor XXV/MPRS/1966 tentang Larangan Ajaran Komunisme/Marxisme adalah PKI. Padahal yang mencabut adalah Presiden Gus Dur. Mosok Gus Dur adalah PKI?
Dalam dialog di Kompas TV, segala tuduhan Gatot itu sudah dibantah mentah-mentah oleh sejarwan dan Deriektur Amnesti Internasional Usman Hamid karena dinilai ngawur dan tak berdasar fakta yang jelas. Pikiran Gatoto juga dinilai oleh Usman Hamid terlalu melompat-lompat tidak jelas.Bahkan, tuduhan Gatot itu dianggap telah membodohi masyarakat.
Meski begitu, Gatot tampaknya belum bisa menyadari atas kekeliruannya yang fatal tersebut. Gatot terus mengeluarkan narasi-narasi pelintiran hingga menimbulkan kontroversi. Bahkan, soal pebcopotannya dari jabatan Panglima TNI lalu juga dikait-kaitkan dengan instruksinya terkait nonton bareng film pemberontakan G30S/PKI. Padahal, faktnya tidak demikian. Jabatan Panglima TNI diganti karena Gatot sudah memasuk iusia pensiun.
Kebohongan demi kebohongan terus bergulir dan tak ada pengakuan bersalah atau permintaan maaf. Padahal, sudah jelas Gatot telah terbukti melakukan pembohongan publik. Sebaliknya, Gatot malah gemar menyalahkan pemerintah. Ketika deklarasi KAMI di Tugu Proklamasi Jakarta, KAMI menyampaikan 8 tuntutan. Salah satunya meminta bersungguh-sungguh menangani pandemi covid-19. Tapi Gatot sendiri malah seenak sendiri melanggar protokl kesehatan dengan melakukan dekrlrasi di tengah pandemi Covid-19 dengan melakukan pengumpulan massa.
Belakangan, publik akhirnya menyadari kenapa Gatot begitu getol mencari perhatian publik dengan cara menghalalkan cara semacam itu. Banyak pihak sudah bisa menerka karena Gatot sangat berambisi ingin maju menjadi calon presiden pada Pemilu 2024. Namun setelah ditengok lebih dalam siapa saja para pendukung Gatot Nurmantyo, akhirnya bisa diterka bahwa Gatot Nurmantyo adalah salah satu kandidat Neo Orde Baru. Jadi sangat wajar, bila senjata Gatot Nurmantyo adalah mengungkit isu kebangkitan PKI, seperti yang pernah dipakai oleh rezim Orde Baru pimpinan Soeharto saat melanggengkan kekuasaannya selama 32 tahun.
Pendek kata, di balik teriakan awas Neo PKI, ternyata ada semangat Neo Orde Baru yang membara di balik panggung politik Gatot Nurmantyo. Padahal, survei SMRC membuktikan bahwa hanya 14% publik yang percaya soal isu kebangkitan PKI. Para cendikiawan sendiri, termasuk Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Agus Widjojo (putra dari Pahlawan Revolusi Mayjen TNI Anumerta Sutoyo Siswomiharjo), sudah berulang kali mengatakan bahwa komunisme di dunia sudah runtuh dan bangkrut, termasuk di Rusia maupun China. Namun Gatot tampaknya masih suka semau sendiri; terus ngotot PKI mau bangkit. Akhir kata, selamat mimpi di siang bolong, jendral. Teruslah neglantur dan ngelindur semaumu.
Posting Komentar