Cari Perhatian PBB: KKB Papua Lancarkan Teror 17 Kali Sepanjang Tahun 2020



Polda Papua mencatat sebanyak 17 kasus kekerasan, penembakan dan pembunuhan yang dilakukan Kelompok Kriminal Bersejata (KKB) di Kabupaten Intan Jaya, Papua selama Januari hingga September 2020. 

Kapolda Papua, Irjen Paulus Waterpauw, mengatakan aksi KKB menewaskan banyak korban jiwa baik TNI – Polri maupun warga sipil. “Jadi, tahun ini ada 17 kasus, di antaranya tanggal 14 dan 26 Januari, tanggal 6 dan 16 Februari, tanggal 27 Maret, tanggal 19, 22, dan 29 Mei, tanggal 8, 15, dan 18 Agustus, 14, 17 (dua kasus), 18, 19 dan 23 September 2020,” kata Kapolda .


Pada 14 Januari 2020, KKB Papua meneror dan terjadi kontak tembak dengan aparat di Kampung Titigi, namun tidak ada korban jiwa. 

Kemudian pada 26 Januari 2020,  KKB Papua meneror hingga terjadi kontak tembak dengan aparat. Akibatnya, ada korban luka dari warga sipil atas nama Jakson S.

Kemudian pada 6 Februari 2020, KKB Papua melakukan pembakaran kios, kantor desa dan alat berat.

Setelah itu, pada 16 Februari 2020, KKB Papua kembali meneror hingga terjadi kontak tembak dengan aparat di Kampung Joparu, Distrik Sugapa. Beruntung tidak ada korban.

Kemudian, pada 27 Maret 2020, KKB Papua kembali menyerang dan terjadi kontak tembak di Koramil persiapan Hiptadipta. Beruntung, dalam kejadian ini tidak ada korban. 

Kemudian pada 19 Mei 2020, KKB Papua kembali menyerang dan terjadi kontak tembak di Bamogu, Distrik Homeo dan tidak ada korban. 

Selanjutnya, 22 Mei2020, KKB Papua melakukan penembakan petugas medis Covid-19 di Distrik Wandai. Akibatnya, seorang petugas medis meninggal, yakni Heniko. Sedang rekannya bernama Alex luka-luka.

Selanjutnya pada 29 Mei 2020, KKB Papua kembali melakukan penembakan terhadap warga sipil di kampung Magataga mengakibatkan petani Yunus Sani meninggal. 

Kemudian pada 8 Agustus 2020, KKB Papua kembali meneror melalui serentetan tembakan yang terjadi di sekitar Kampung Oisiga., namun tidak direspon oleh pihak TNI maupun Polri .

Selanjutnya, pada 15 Agustus 2020, KKB Papua kembali melakukan penembakan terhadap tukang ojek bernama Laode Jainudin mengakibatkan luka parah.

Kemudian pada 18 Agustus 2020, KKB Papua melakukan pembakaran alat berat (eksavator), 

Setelah itu, 14 September 2020, KKB Papua melakukan penembakan terhadap dua tukang ojek di Distrik Sugapa. Kedua korban adalah Laode Anas (34) dan Fatur Rahman (23) mengalami luka parah dan harus dirawat di rumah sakit.

Kemudian, pada 17 September 2020, KKB Papua menghadang dan menebas pengojek bernama Badawi di Kampung Bilogai, Distrik Sugapa. Tangan korban sampai putus hingga mengakibatkan Badawi meninggal.

Pada hari yang sama 17 September 2020, KKB Papua menghadang Satgas TNI di Hitadipa. Peristiwa ini  mengakibatkan Serka Sahran meninggal dunia, satu pucuk senjata beserta amunisinya dibawa KKB.

Hari berikutnya, 18 September 2020, KKB Papua melakukan penembakan terhadap pesawat yang melakukan evakuasi terhadap Serka Sahlan. 

Kemudian pada 19 September 2020, KKB Papua lagi-lagi meneror hingga terjadi kontak tembak dengan personil Satgas di Hitadipa. Insiden ini mengakibatkan anggota TNI Pratu Dwi Akbar meninggal.

Pada hari yang sama, 19 September 2020, KKB Papua menembak pendeta Yeremias Zananbani di lokasi yang berbeda. Insiden ini mengakibatkan pendeta meninggal dunia.


Menurut Kepala Polda Papua, Inspektur Jenderal Polisi Paulus Waterpauw, serangkaian teror KKB Papua itu sebagai bahan propaganda internasional terkait adanya sidang umum PBB. Salah satu bahan propaganda KKB Papua adalah menyerbar kabar bohong dan menuduh TNI sebagai pelaku penemabakan pendeta.


Aksi KKB Papua kini semakin tidak manusiawi dan tega menyerang tenaga medis, pengojek, petani hingga pendeta. Contohnya, KKB Papua menembaki menembak seorang petani bernama Yunus Sani yang sedang melintasi Kampung Magataga, Distrik Wandai, pada29 Mei 2020. 


Yunus tewas di tempat dalam insiden ini. Bahkan, jenazah petani warga asli Papua ini sampai dimutilasi oleh gerombolan KKB Papua dan dimasukkan dalam karung. Anehnya, KKB Papua menganggap korban Yunus Sani sebagai anggota TNI yang menyamar. Padahal, Yunus Sani adalah Orang Asli Papua yang bekerja sebagai petani.


Propaganda serupa juga dilakukan KKB Papua saat menembaki pengojek. Kepala Penerangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) III, Kolonel Czi IGN Suriastawa menyebut para tukang ojek yang ditembaki KKB Papua dianggap sebagai petugas TNI/Polri yang menyamar. Usai kejadian, KKB Papua menyebar fitnah melalui media sosial bahwa para korban adalah anggota TNI/Polri yang menyamar. Padahal, warga sipil yang ditembaki adalah asli warga sipil dan bukan anggota TNI Polri.


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama