Demi Agenda PBB, KKB Papua Tiru Pola Teroris Boko Haram Nigeria dan Kartel Mexico


Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua yang menyebut sebagai Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB- OPM) dinilai meniru pola kelompok teroris Boko Haram di Nigeria dam kartel narkoba Mexico. Kedua kelompok itu tega membunuh warga tak berdosa dan menuduh aparat sebangai pelaku. Bedanya, KKB Papua tega membunuh dan menuduh aparat agar agendanya bisa masuk dalam sidang PBB.


Hal itu diungkap Ketua Pemuda  Mandala Trikora Papua, Ali  Kabiay, menyusul terjadinya serangkaian kekerasan KKB Papua belakangan ini. Ali  Kabiay mengatakan, Kelompok teroris Boko Haram pernah membunuh puluhan warga sipil dan menuduh aparat keamanan Nigeria sebagai dalangnya. Kartel narkoba Mexico juga pernah membunuh warga sipil pelintas batas di perbatasan Amerika Serikat-Mexico dan menuduh aparat keamanan di Amerika sebagai dalangnya.


Sementara Pendeta Yeremia Zanambani, Ketua Klasis Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII) Distrik Hitadipa, Kabupaten Intan Jaya, tewas ditembak oleh KKB. Tapi di media sosial  KKB Papua menuduh aparat TNI yang melakukannya.


Menurut Ali  Kabiay, hal ini tentu membuat masyarakat menjadi bingung, dan mengganggu opini publik. "Untuk itu warga di Papua harus sadar dengan propaganda sesat yang tak bertanggung jawab,” ujarnya.


Ali  Kabiay mengatakan, ada beberapa faktor yang membuat KKB tega melakukan hal tersebut.  


Pertama, KKB ingin agar agenda Papua dimasukan didalam agenda Sidang Umum PBB yang dilaksanakan tanggal 22 – 29 September 2020.


Kedua, dukungan negara-negara Pasifik terhadap perjuangan Papua Merdeka makin berkurang dan redup, hal ini membuat KKB makin gencar melakukan aksinya, agar mendapatkan perhatian dan dukungan penuh dari Blok Pasific. “Apalagi saat ini sedang terjadi pandemi Covid-19 global, sehingga membuat fokus masyarakat global di kawasan Pasifik terhadap isu Papua tak terlalu menonjol,” jelasnya.


Ketiga, TPNPB-OPM kehilangan sebagian pentolan diplomasi mereka di luar negeri, kekuatan diplomasi luar negeri OPM semakin redup dan berkurang, setelah mereka kehilangan Franzalbert Joku, Nicholas  Messet dan Nicolaas Jouwe. “Sebenarnya OPM masih mempunyai Jeffrey Bomanak sebagai Ketua dan Sebby Sembon sebagai Jubir dan penghubung OPM di luar negeri. Namun kiprah keduanya hanya sebatas di negara tetangga Papua New Guinea (PNG). Dan sudah tentu pergerakan mereka tak seluas seperti dulu,” bebernya.


Keempat,  TPNPB-OPM  ingin menunjukan eksitensinya kepada United  Liberation Movement West Papua (ULMWP) sebagai titik sentral perjuangan Papua Merdeka. Pasalnya, ada ketidaksepahaman antara OPM dan ULMWP, hal ini sudah terjadi sejak tahun 2018 – 2019 dimana OPM tak setuju dengan pembentukan West Papua Army (WPA) yang digagas ULMWP.


Kelima, akses dan jalur pergerakan KKB di beberapa daerah di Pegunungan tengah telah dikuasai TNI dan Polri, misalnya di Timika, semua jalur dan beberapa akses mereka sudah dikuasai TNI dan Polri, sehingga KKB mencari jalur lain hingga memakai Intan Jaya sebagai zona perang, padahal posisi mereka sedang terpojok.


Menurut Ali  Kabiay, KKB Papua tampak paranoid atau ketakutan yang berlebihan, sehingga mereka menganggap sebagian warga sipil sebagai mata-mata TNI dan Polri. 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama