Usai "Diserang" Said Didu, Postingan Luhut Ini Jadi Viral: "Setiap Tindakan Ada Konsekuensinya"


Setelah digempur oleh mantan Sekretaris Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Said Didu, yang sok intelektuil tapi omongannya ngawur dan menyerang ranah privat personal kelewat batas, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, akhirnya angkat bicara.

"Setiap Tindakan Ada Konsekuensinya," tegas Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam akun Instagram pribadinya @luhut.pandjaitan, Kamis petang, 9 April 2020. Dalam postinganya ini, Luhut menyertakan pengalamannya selama jadi tetantara yang pantang terjun ke medan tempur menghadapi suasana mencekam.
Pernyataan Luhut di atas memang tak eksplisit ditujukan kepada Said Didu. Tapi postingan Luhut Binsar Pandjaitan ini langsung jadi viral di media sosial.

Maklum, sebelumnya Said Didu gencar melontarkan pernyataan-pernyataan yang menyudutkan Luhut Binsar Pandjaitan dalam video yang dipublikasikan melalui youtube pribadi Said Didu. Karena itu, Luhut telah meminta Said Didu mengirimkan permohonan maaf resmi yang diunggah di seluruh patform akun media sosialnya selama 2x24 jam.

Hanya saja, rupanya Said Didu terlalu keras kepala hingga tak mau meminta maaf kepada Luhut. Celakanya lagi, Said Didu malah terkesan menantang Luhut karena berani mengusik soal Sumpah Prajurit dan Sapta Marga. Jadi, wajar saja jika Luhut akan menempuh jalur hukum untuk menuntut Said Didu.

Dalam postingan lainnya di facebook, Luhut Binsar Pandjaitan mengaku  kecewa terkait adanya tuduhan yang dialamatkan kepada dirinya belakangan ini. Luhut menilai, tuduhan tersebut bukan lagi sebuah kritik, melainkan ujaran kebencian yang dinilai melampaui batas.

Pada dasarnya, Luhut senang menerima masukan yang membangun dari siapa pun. "Saya selalu mempersilahkan siapapun yang ingin menyampaikan kritik untuk datang dan duduk bersama mencari solusi permasalahan bangsa. Bukan dengan melempar ucapan yang menimbulkan kegaduhan tanpa fokus pada inti permasalahan," kata Luhut.

Hanya saja, menurut Luhut, dinamika yang terjadi sudah melampaui batas. "Saya tidak habis pikir, mengapa di tengah suasana pandemi seperti saat ini, ujaran kebencian dan fitnah terus dipelihara di tengah-tengah kita? Mengapa kita masih diliputi dengan sentimen sektarian di saat seluruh anak bangsa harusnya bersatu melawan musuh bersama yaitu virus corona, yang mengancam kesehatan serta keselamatan seluruh masyarakat Indonesia? Mengapa kita malah terus-terusan mencari perbedaan, tanpa sedikitpun berpikir persatuan?" katanya.

Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan agar setidaknya masyarakat Indonesia, juga anak cucunya belajar bahwa tiap tindakan pasti ada konsekuensinya. "Saya tidak pernah punya keinginan untuk membungkam kritik, karena bagi saya kritik adalah motivasi terbesar sebagai pejabat negara dalam merumuskan kebijakan yang bermanfaat. Bukan hanya bagi generasi saat ini, tetapi juga generasi anak dan cucu kita di kemudian hari. Tapi saya juga ingin bangsa ini menjadi bangsa yang terdidik, yang terbiasa untuk saling kritik dan mendebat dengan fakta dan data yang dapat dipertanggungjawabkan, bukan dengan tuduhan tak berdasar yang menyerang pribadi orang lain."

Menurut Luhut, sebuah tuduhan kepada pribadi seseorang tentu juga akan mengenai sisi paling privat dari orang itu. "Ini pula yang kemudian dirasakan oleh keluarga dan orang-orang terdekat saya. Mereka merasa yang hari ini terjadi sudah kelewat batas dan bukan contoh yang baik bagi pendidikan moral dan pendewasaan generasi penerus bangsa yang besar ini, terutama dalam hal berdemokrasi dan menyampaikan pendapat. Maka perlu dilakukan sebuah tindakan untuk setidaknya membuat masyarakat Indonesia, juga anak-cucu saya, bisa belajar dan paham bahwa setiap tindakan pasti ada konsekuensinya."

Luhut meyakini bahwa tidak ada kebebasan yang absolut, semua yang diucapkan harus mampu dipertanggung jawabkan. "Saya juga ingin mengajak seluruh masyarakat Indonesia agar mampu bertanggung jawab atas apapun laku dan ucap kita, karena sesederhana ucapan dan laku itu punya dampak bukan hanya kepada kita, tetapi juga lingkungan sekitar dan masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Jika kita berani mengucapkan dan melakukan suatu hal, mengapa kita tidak punya keberanian yang sama untuk mempertanggung jawabkannya?"

Lebih baru Lebih lama