Tidak sedikit orang menganggap rapid test sebagai cara mendiagnosis seseorang apakah orang tersebut positif terinfeksi virus corona atau tidak. Padahal, tes ini hanyalah metode screening virus corona saja. Bila seseorang dinyatakan positif terinfeksi virus corona melalui rapid test, maka perlu dilakukan tes PCR (swab test) untuk mengkonfirmasikan pernyataan tersebut.
Sayangnya, masyarakat awam belum banyak yang mengetahui perbedaan antara rapid test dengan tes PCR (swab test). Seperti apakah perbedaanya? Berikut penjelasan ahli virologi drh Moh Indro Cahyono.
Beberapa perbedaan mendasar antara rapid test dan PCR (swab test) yang harus kita pahami.
Rapid Test
Parameter uji: Imunoglobin dalam darah
Keluar hasil: Hitungan menit
Akurasi: Tidak akurat
Sarana uji: Bisa di mana saja
Swab Test
Parameter uji: DNA virus corona
Keluar hasil: 2-7 hari
Akurasi: Sangat akurat
Sarana uji: Harus laboratorium BSL 2
Manfaat Tes
Keduanya sama-sama digunakan untuk menguji virus corona, nyatanya fungsi rapid test dan swab test sangat berbeda. Rapid test merupakan tes (secara massal) yang berfungsi untuk screening potensi kasus positif virus corona di masyarakat. Sementara, swab test berfungsi sebagai standar diagnostik virus corona yang dianjurkan WHO (World Health Organization).
Metode dan alat
Pada rapid test, metode pengujian dilakukan secara massal dengan menggunakan sampel darah. Sampel darah kemudian dicek menggunakan Rapid Test Kit (alat tes darah berbentuk mirip alat tes kehamilan) untuk melihat adanya reaksi antibodi (zat imunoglobulin) yang terbentuk ketika terserang virus
Sedangkan pada swab test (uji kerik), metode pengujian dilakukan dengan menggunakan sampel swab spesimen dari tenggorokan, mulut atau hidung. Setelahnya, akan dilakukan serangkaian tes pada sampel swab tersebut menggunakan metode bernama PCR (Polymerase Chain Reaction).
Dengan metode ini, dapat terlihat melihat ada atau tidaknya DNA virus corona pada sampel tersebut. Uji PCR ini juga sudah digunakan luas untuk mendeteksi berbagai penyakit infeksius seperti Hepatitis, virus HIV, dan TBC.
Lama Pengujian
Lama pengujian rapid test tergolong singkat. Umumnya hasilnya dapat diketahui sekitar 10-15 menit setelah pengujian. Sedangkan pada swab test, lama pengujian memerlukan beberapa hari karena rumitnya rangkaian tes yang perlu dilakukan.
Akurasi Hasil Tes
Hasil rapid test tergolong tidak akurat jika dibandingkan dengan swab test. Sebab, antibodi tidak langsung terbentuk meski kita telah terinfeksi virus Corona. Pembentukan antibodi butuh waktu setidaknya 7 hari sejak terinfeksi.
Seringkali didapati hasil false negative virus corona pada rapid test. Hasil false positive pun seringkali terjadi karena antibodi dapat terbentuk karena infeksi virus lainnya pula tidak hanya virus corona. Oleh karena itu, metode ini hanya digunakan untuk screening awal virus corona saja (apabila hasilnya positif akan dilanjutkan dengan swab test untuk memastikan keakuratan hasilnya).
Tempat Pengujian
Pada rapid test, metode yang dilakukan sangat sederhana jadi bisa diuji di ruang laboratorium rumah sakit maupun puskesmas manapun.
Sedangkan, metode swab test lebih rumit jadi hanya bisa dilakukan di laboratorium berstandar Biosafety Level (BSL) 2, yang mana pekerja laboratoriumnya dilatih secara khusus oleh ahli patogenik dan ilmuwan kompeten, aksesnya dibatasi ketika pengujian berlangsung.
Tidak hanya itu, pekerja lab ini juga harus memakai kelengkapan khusus (misalnya pekerja lab wajib menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti baju Hazmat, masker khusus dan sarung tangan khusus agar tidak terinfeksi virus).
Jika sebelumnya swab test terpusat di Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) milik Kementerian Kesehatan, kini swab test juga dilakukan di beberapa lembaga, seperti Lembaga Eijkman, Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) dan Universitas Airlangga.[]
Sayangnya, masyarakat awam belum banyak yang mengetahui perbedaan antara rapid test dengan tes PCR (swab test). Seperti apakah perbedaanya? Berikut penjelasan ahli virologi drh Moh Indro Cahyono.
Beberapa perbedaan mendasar antara rapid test dan PCR (swab test) yang harus kita pahami.
Rapid Test
Parameter uji: Imunoglobin dalam darah
Keluar hasil: Hitungan menit
Akurasi: Tidak akurat
Sarana uji: Bisa di mana saja
Swab Test
Parameter uji: DNA virus corona
Keluar hasil: 2-7 hari
Akurasi: Sangat akurat
Sarana uji: Harus laboratorium BSL 2
Manfaat Tes
Keduanya sama-sama digunakan untuk menguji virus corona, nyatanya fungsi rapid test dan swab test sangat berbeda. Rapid test merupakan tes (secara massal) yang berfungsi untuk screening potensi kasus positif virus corona di masyarakat. Sementara, swab test berfungsi sebagai standar diagnostik virus corona yang dianjurkan WHO (World Health Organization).
Metode dan alat
Pada rapid test, metode pengujian dilakukan secara massal dengan menggunakan sampel darah. Sampel darah kemudian dicek menggunakan Rapid Test Kit (alat tes darah berbentuk mirip alat tes kehamilan) untuk melihat adanya reaksi antibodi (zat imunoglobulin) yang terbentuk ketika terserang virus
Sedangkan pada swab test (uji kerik), metode pengujian dilakukan dengan menggunakan sampel swab spesimen dari tenggorokan, mulut atau hidung. Setelahnya, akan dilakukan serangkaian tes pada sampel swab tersebut menggunakan metode bernama PCR (Polymerase Chain Reaction).
Dengan metode ini, dapat terlihat melihat ada atau tidaknya DNA virus corona pada sampel tersebut. Uji PCR ini juga sudah digunakan luas untuk mendeteksi berbagai penyakit infeksius seperti Hepatitis, virus HIV, dan TBC.
Lama Pengujian
Lama pengujian rapid test tergolong singkat. Umumnya hasilnya dapat diketahui sekitar 10-15 menit setelah pengujian. Sedangkan pada swab test, lama pengujian memerlukan beberapa hari karena rumitnya rangkaian tes yang perlu dilakukan.
Akurasi Hasil Tes
Hasil rapid test tergolong tidak akurat jika dibandingkan dengan swab test. Sebab, antibodi tidak langsung terbentuk meski kita telah terinfeksi virus Corona. Pembentukan antibodi butuh waktu setidaknya 7 hari sejak terinfeksi.
Seringkali didapati hasil false negative virus corona pada rapid test. Hasil false positive pun seringkali terjadi karena antibodi dapat terbentuk karena infeksi virus lainnya pula tidak hanya virus corona. Oleh karena itu, metode ini hanya digunakan untuk screening awal virus corona saja (apabila hasilnya positif akan dilanjutkan dengan swab test untuk memastikan keakuratan hasilnya).
Tempat Pengujian
Pada rapid test, metode yang dilakukan sangat sederhana jadi bisa diuji di ruang laboratorium rumah sakit maupun puskesmas manapun.
Sedangkan, metode swab test lebih rumit jadi hanya bisa dilakukan di laboratorium berstandar Biosafety Level (BSL) 2, yang mana pekerja laboratoriumnya dilatih secara khusus oleh ahli patogenik dan ilmuwan kompeten, aksesnya dibatasi ketika pengujian berlangsung.
Tidak hanya itu, pekerja lab ini juga harus memakai kelengkapan khusus (misalnya pekerja lab wajib menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti baju Hazmat, masker khusus dan sarung tangan khusus agar tidak terinfeksi virus).
Jika sebelumnya swab test terpusat di Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) milik Kementerian Kesehatan, kini swab test juga dilakukan di beberapa lembaga, seperti Lembaga Eijkman, Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) dan Universitas Airlangga.[]