Para gerilyawan Abu Sayyaf di Filipina. |
Insiden penyanderaan tiga nelayan warga negara Indonesia (WNI) baru saja usai dengan dibebaskannya sandera terakhir bernama Muhammad Farhan dari kelompok Abu Sayyaf, Rabu (15/1/2020) lalu. Kini, lima nelayan asal Indonesia lagi-lagi diculik oleh kelompok pemberontak itu di Perairan Lahad Datu, Sabah, Malaysia.
Adapun mereka yang diculik itu adalah kapten kapal pukat Arsyad Dahlan (41), La Baa (32), Riswanto Hayano (27), Edi Lawalopo (53), dan Syarizal Kastamiran (29). Semuanya orang Indonesia yang bekerja di perusahaan perikanan berbasis di Sandakan, Sabah.
Dalam insiden itu, enam pria bersenjata menculik para sandera, Kamis (16/1/2020) malam, dan melarikan diri dengan berjalan kaki ketika mereka mendarat di Pulau Solre di Parang, di dalam kubu kelompok militan di Pulau Jolo, Filipina selatan. Menurut sumber-sumber intelijen regional, militer Filipina langsung membentuk barisan di sekitar Jolo setelah mendapat laporan penculikan lima nelayan Indonesia itu.
Selanjutnya, terjadi baku tembak pada Sabtu (18/1/2020) malam kemarin. Pasukan keamanan Filipina mengklaim telah membunuh seorang pria bersenjata anggota gerilyawan Abu Sayyaf yang diduga terlibat penculikan itu.
“Mereka melakukan operasi serangan udara menggunakan helikopter MG pada kelompok yang diduga Abu Sayyaf di Pulau Solre yang mengakibatkan kematian salah satu gerilyawan,” kata sumber itu seperti dilaporkan The Star, Minggu (19/1/2020).
Sumber itu mengungkapkan, sebuah speed boat atau kapal cepat berwarna abu-abu-biru dan sebuah ponsel juga disita dalam operasi itu.
Enam gerilyawan komplotan Abu Sayyaf diketahui menculik lima nelayan Indonesia dari kapal pukat mereka di perairan paling timur Sabah di lepas pantai Lahad Datu, sekitar 10 menit dari kepulauan Tawi-Tawi di Filipina. Keenam pria bersenjata itu mengambil lima sandera dari delapan warga Indonesia di atas kapal pukat ikan di Sabah sebelum menuju ke perairan Filipina selatan.
Pasukan keamanan di bawah Komando Keamanan Sabah Timur diberi tahu tentang insiden tersebut oleh nelayan lain, pada Jumat (17/1/2020) sekira pukul 13.00 waktu setempat. Mereka segera melakukan operasi dan memberi kabar ke pihak Filipina.
Sumber-sumber intelijen regional mengatakan, militer Filipina sedang mengejar jejak orang-orang bersenjata dan para sandera.