Jawa Timur memiliki olahraga tradisional menarik, yakni Pring Geprak. Penuh dengan gerak yang atraktif tetapi unsur di dalamnya sangat memenuhi persyaratan ketentuan sebagai olahraga tradisional. Di dalamnya mengandung substansi pendidikan, substansi tradiisonal yang digali dari budaya asli Kota Batu, memiliki nilai seni yang beragam, penguasaan lapangan, dan memenuhi kaidah waktu yang sangat tepat.
Foto: Biasworo Adisuyanto Aka |
Tim olahraga tradisional “Pring Geprak” dengan corak kostum penampilan tanpa menggunakan pakaian atas, celana komprang warna hitam, tetapi ada sebuah tali warna warni menyilang di depan dada hingga punggung dari masing-masing pemain, memasuki arena festival dengan iringan musik khas Kota Batu. Dari awal penampilan, hampir seluruh penonton sempat terpukau karena atraksi demi atraksi saling berkesinambungan tanpa terhenti. Jumlah keseluruhan tim olahraga tradisional “Pring Gerprak” sebanyak 15 orang, yang terdiri dai 8 (delapan) pemain, 6 (enam) pemusik, dan 1 (satu) orang pembaca narasi.
Olahraga tradisional ini muncul dari Dusun “Songgoriti” Kota Batu Jawa Timur, yang diangkat dari sebuah hajatan besar masyarakat Songgoriti, yaitu berupa sedekah bumi. Perwujudan rasa syukur kepada Tuhan Sang Pencipta, yang telah menciptakan Bumi yang dapat memberikan kesejahteraan lewat hasil panen dan mencukupi hidup bagi masyarakat Songgoriti Kota Batu Jawa Timur.
Gambaran secara utuh semua cerita tidak lepas dari penggunaan bambu. Oleh sebab itu, judul dari olahraga tradisional ini “Pring Geprak” yang mempunyai arti “Pring” berarti Bambu. Bambu dalam bahasa Jawa adalah deling, yang dimaknai sebagai “Kendel Eling” (berani tetapi selalu ingat/kontrol diri). Khususnya bagi masyarakat Songgoriti Kota Batu Jawa Timur. Sedangkan “Geprak” diambil dari terdengarnya bunyi beradunya bambu dengan bambu. Makna yang lain dari “Geprak” bahwa sejarah kejayaan Malang Raya termasuk Kota Batu yang juga merupakan bagian wilayah yang tidak terpisahkan. Pada abad IX, Empu Sendok sebagai pimpinan, Saronenatau tetabuhan berupa tambur dan bambu yang dipukul, berirama secara rampak dapat digunakan sebagai sarana mengusir hama tanaman.
Semua atraksi “Pring Geprak” mengandung unsur motorik gerak kurang lebih sebanyak 7 (tujuh) bagian kaidah kebugaran. Unsur speed (kecepatan) mereka lakukan saat peraga lari dengan kecepatan di keliling arena, unsur endurance (daya tahan) saat mereka melakukan gerak dari awal sampai dengan akhir dilakukan tanpa berhenti, unsur strengh (kekuatan) saat melakukan gerakan topang bambu dan ada peraga di atas membentuk tumpeng, unsur power (daya ledak) di tunjukan saat mereka melakukan atraksi beradunya bambu, balance (keseimbangan) gerakan ini juga teraktualisasikan secara sinergi saat mereka melakukan gerakan bertumpuk di atas, flexibility (kelentukan) diaktualisasikan juga berupa gerakan rol depan, salto dan meroda, coordination (koordinasi) dimana untuk mendapatkan harmonisasi dan rangkaian gerakan antara satu dengan yang lainnya melalui koordinasi tersebut. [ Biasworo Adisuyanto Aka ]
Posting Komentar