Borok Ali Baharsyah Dikupas Tuntas: Dinilai Gagal Tegakkan Khilafah, tapi Malah Tegakkan "Anunya" dengan Video Porno Mia Khalifah?

Ali Baharsyah, tersangka penebar hoax dan ujaran kebencian yang menyebut presiden goblok, akhirnya dikupas tuntas oleh Eko Kuntadhi dalam ulasan berjudul "Khilafah Bokep dan Kadrun yang Dikadali" pada Channet17+ di CokroTV.

Dalam ulasan ini, Ali Baharsyah dinilai gagal menegakkan Khilafah, paham negara agama yang kerap dikampanyekan di media sosial, tapi justru diduga hoby menegakkan "anunya" dengan video porno Mia Khalifah.

Seperti diberitakan, setelah ditangkap Tim  Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri, Ali Baharsyah diketahui mengoleksi video porno. Karena itu, Ali Baharsyah bakal dijerat pasal berlapis. Selain dijerat pidana akibat ujaran kebencian menyebut presiden goblok, Ali Baharsyah juga akan dijerat dengan pasal berlapis terkait pornografi.


Sebelumnya, jejak digital Ali Baharsyah sebagai pejuang khilafah yang senafas dengan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) sudah dibongkar oleh Ayik Heriansyah dalam artikel berjudul "Ali Baharsyah dan Mimpi Basah Para Pejuang Khilafah" yang dipublikasikan di ltnnujabar.or.id, 7 April 2020. Dalam artikel itu, sosok Ali Baharsyah dinilai identik dengan kelakuan para pendukung HTI, yakni; Angkuh, sok suci, sok syar’i, sok tau, kasar, tidak berakhlak dan biadab.

"Polisi sebenarnya sudah memonitor Ali Baharsyah sejak 2018, satu tahun setelah badan hukum HTI dicabut. Saya iseng-iseng juga kadang menonton videonya. Dari isu, diksi, istilah dan sistematika narasinya, sangat berbau HTI. Seandainya HTI itu berwujud seorang manusia, Ali Baharsyah lah sosoknya. Angkuh, sok suci, sok syar’i, sok tau, kasar, tidak berakhlak dan biadab. Setali tiga uang dengan LBH Pelita Umat dan tokoh fiktif Nasruddin Joha," tulis Ayik Heriansyah dalam artikelnya berjudul "Ali Baharsyah dan Mimpi Basah Para Pejuang Khilafah" yang dipublikasikan di ltnnujabar.or.id, 7 April 2020.

Menurut Ayik Heriansyah, apa yang Ali Baharsyah lakukan merupakan implementasi dari doktrin-doktrin politik HTI. Ali Baharsyah ingin mempraktikkan teori-teori politik Taqiyuddin an-Nabhani. Pada road map perjuangan HTI, HTI telah berada di penghujung fase interaksi dengan umat (tafa’ul ma’al ummah). Fase ini, fase yang krusial. HTI berhadapan dengan masyarakat yang meyakini Pancasila sebagai ideologi yang Islami dan NKRI daulah yang syar’i.

Ayik Heriansyah juga memaparkan, pada fase berinteraksi dengan masyarakat, HTI wajib melakukan perjuangan politik (kifahi siyasi) dalam bentuk serangan terhadap seluruh bentuk interaksi yang berlangsung antara penguasa dan umat, yang berkaitan dengan kemaslahatan masyarakat wajib dimulai dengan secepatnya. Menyerang seluruh bentuk interaksi tadi sama artinya dengan menyerang seluruh bentuk kemaslahatan. Begitu pula mengkritik seluruh bentuk aktivitas dengan tajam, semata-mata hanya menyerang kemaslahatan-kemaslahatan tersebut.

Yang memprihatinkan, menurut Ayik Heriansyah, doktrin-doktrin yang dibuat Taqiyuddin an-Nabhani sering kali menabrak syariah Islam. Misalnya tentang membangkitkan rasa marah umat kepada pemerintah dan menyerang usaha pemerintah dalam mengurus kemaslahatan masyarakat.

"Saya sangat paham, narasi besar di balik semua serangan-serangan trio Ali Baharsyah, LBH Pelita Umat dan tokoh fiktif Nasrudin Joha kepada pemerintah adalah Khilafah, lebih tepatnya Khilafah Tahririyah. Sudah banyak pembahasan akan topik tersebut. Saya ingin menegaskan, jika dulu Partai Komunis Indonesia (PKI) menjanjikan akan tercipta masyarakat tanpa kelas seandainya negara komunis berdiri, kini HTI menjanjikan akan tercipta masyarakat tanpa masalah seandainya Khilafah Tahririyah berdiri. Bagi saya, keduanya mimpi basah," tegas Ayik Heriansyah.

Artikel selengkapnya silakan dibaca di ltnnujabar.or.id.

Lebih baru Lebih lama