Gara-gara memposting video berjudul "LUHUT HANYA PIKIRKAN UANG, UANG, DAN UANG" yang berisi serangan terhadap personal Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan (LBP), kini Said Didu terancam mendapat gugatan hukum.
Isi video mantan Sekretaris Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Said Didu, yang berjudul "LUHUT HANYA PIKIRKAN UANG, UANG, DAN UANG", bila dicermati memang terbilang ngawur tanpa didasari metode ilmiah yang jelas. Hanya gaya Said Didu saja yang sok intelektuil dan sok pahlawan. Tapi pernyataannya ngawur, terlalu subyektif dan mengedepankan asumsi pribadinya saja.
Contohnya, Said Didu mengklain bisa tahu isi kepala LBP. Bagaimana Said Didu berani mengaku bisa tahu semua isi kepala LBP hanya uang, uang, dan uang? Apa metode ilmiah yang dia pakai untuk membuat kesimpulan seberani itu?
Dalam pembelaannya, Said Didu mengaku bahwa isi video itu merupakan kritiknya terhadap LBP. Tapi apa yang diaucapkan dalam video cenderung membunuh karakter LBP dengan melempar tuduhan seenak sendiri yang cenderung fitnah. Konstruksi kritik Said Didu tidak jelas dan tanpa ada tawaran solusi. Sebagian besar pernyataannya hanya berdasar asumsi pribadi tanpa didukung data-fakta ilmiah yang dipertanggungjawabkan. Yang jelas, kritik itu sangat berbeda dengan fitnah.
Maka, wajar saja jika LBP memperingatkan Said Didu untuk meminta maaf. Langkah LBP terbilang bijaksana tidak langsung mengajukan gugatan hukum, tapi hanya meminta Said Didu untuk meminta maaf. Sayangnya, Said Didu terlalu keras kepala dan merasa sok intelektuil dan sok pahlawan hingga tak mau meminta maaf kepada LBP.
Di manakah letak kesalahan Said Didu? Berikut cuplikan videonya beserta tanggapan artikel Hermanto Purba (dalam Seword) dengan narator Mukarto ST:
"Setiap Tindakan Ada Konsekuensinya," tegas Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam akun Instagram pribadinya @luhut.pandjaitan, Kamis petang, 9 April 2020. Pernyataan Luhut di atas memang tak eksplisit ditujukan kepada Said Didu. Tapi postingan Luhut Binsar Pandjaitan ini langsung jadi viral di media sosial.
Dalam postingan lainnya di facebook, Luhut Binsar Pandjaitan mengaku kecewa terkait adanya tuduhan yang dialamatkan kepada dirinya belakangan ini. Luhut menilai, tuduhan tersebut bukan lagi sebuah kritik, melainkan ujaran kebencian yang dinilai melampaui batas.
Padahal, Luhut mengaku senang menerima masukan yang membangun dari siapa pun. "Saya selalu mempersilahkan siapapun yang ingin menyampaikan kritik untuk datang dan duduk bersama mencari solusi permasalahan bangsa. Bukan dengan melempar ucapan yang menimbulkan kegaduhan tanpa fokus pada inti permasalahan," kata Luhut.
Hanya saja, menurut Luhut, dinamika yang terjadi sudah melampaui batas. "Saya tidak habis pikir, mengapa di tengah suasana pandemi seperti saat ini, ujaran kebencian dan fitnah terus dipelihara di tengah-tengah kita? Mengapa kita masih diliputi dengan sentimen sektarian di saat seluruh anak bangsa harusnya bersatu melawan musuh bersama yaitu virus corona, yang mengancam kesehatan serta keselamatan seluruh masyarakat Indonesia? Mengapa kita malah terus-terusan mencari perbedaan, tanpa sedikitpun berpikir persatuan?" katanya.
Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan agar setidaknya masyarakat Indonesia, juga anak cucunya belajar bahwa tiap tindakan pasti ada konsekuensinya. "Saya tidak pernah punya keinginan untuk membungkam kritik, karena bagi saya kritik adalah motivasi terbesar sebagai pejabat negara dalam merumuskan kebijakan yang bermanfaat. Bukan hanya bagi generasi saat ini, tetapi juga generasi anak dan cucu kita di kemudian hari. Tapi saya juga ingin bangsa ini menjadi bangsa yang terdidik, yang terbiasa untuk saling kritik dan mendebat dengan fakta dan data yang dapat dipertanggungjawabkan, bukan dengan tuduhan tak berdasar yang menyerang pribadi orang lain."
Menurut Luhut, sebuah tuduhan kepada pribadi seseorang tentu juga akan mengenai sisi paling privat dari orang itu. "Ini pula yang kemudian dirasakan oleh keluarga dan orang-orang terdekat saya. Mereka merasa yang hari ini terjadi sudah kelewat batas dan bukan contoh yang baik bagi pendidikan moral dan pendewasaan generasi penerus bangsa yang besar ini, terutama dalam hal berdemokrasi dan menyampaikan pendapat. Maka perlu dilakukan sebuah tindakan untuk setidaknya membuat masyarakat Indonesia, juga anak-cucu saya, bisa belajar dan paham bahwa setiap tindakan pasti ada konsekuensinya."
Luhut meyakini bahwa tidak ada kebebasan yang absolut, semua yang diucapkan harus mampu dipertanggung jawabkan. "Saya juga ingin mengajak seluruh masyarakat Indonesia agar mampu bertanggung jawab atas apapun laku dan ucap kita, karena sesederhana ucapan dan laku itu punya dampak bukan hanya kepada kita, tetapi juga lingkungan sekitar dan masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Jika kita berani mengucapkan dan melakukan suatu hal, mengapa kita tidak punya keberanian yang sama untuk mempertanggung jawabkannya?"