Korea Selatan telah melewati masa kritis dari penambahan jumlah infeksi virus corona tanpa melakukan lockdown, melainkan memakai social distancing, seperti yang diterapkan di Indonesia. Langkah Korsel didukung dengan keputusan pemerintah melakukan tes secara cepat dan meluas.
Pada akhir Januari, pejabat kesehatan Korea Selatan memanggil perwakilan lebih dari 20 perusahaan medis. Mereka dipanggil ke ruang konferensi yang terletak di dalam stasiun kereta api
Salah satu pejabat penyakit menular menyampaikan pesan penting. Negara itu perlu tes efektif segera untuk mendeteksi virus corona dan dia berjanji perusahaan akan segera menyetujui peraturan.
Sepekan setelah pertemuan 27 Januari, KCDC menyetujui uji diagnostik satu perusahaan dengan perusahaan lain segera menyusul. Pada akhir Februari, Korea Selatan menjadi berita utama di seluruh dunia karena pusat skrining ala drive THRU dan kemampuannya untuk menguji ribuan orang setiap hari.
Korsel tidak melakukan penutupan wilayah tetapi mendorong melakukan tes secara cepat dengan 290 ribu orang melakukan tes. Dalam 24 jam, Korea Selatan melaporkan 93 kasus baru dengan 3 orang meninggal dunia. Angka ini menurun dari dua pekan sebelumnya yang menemukan hingga 909 kasus dalam 24 jam.
Keberhasilan Korea Selatan ini menjadi kritik pedas bagi Amerika Serikat. Negara itu mendeteksi kasus pertamanya pada hari yang sama dengan Korea Selatan. Namun, baru sekitar 60.000 tes telah dijalankan oleh laboratorium publik dan swasta di negara berpenduduk 330 juta jiwa itu.
Akibat dari keterlambatan itu, para pejabat AS tidak memiliki data akurat berapa banyak warganya yang telah terinfeksi dan di mana mereka terkonsentrasi. Padahal, lebih dari 7.000 kasus telah diidentifikasi pada Rabu.
Korea Selatan mengambil risiko, melepaskan tes yang diperiksa dengan cepat, kemudian kembali untuk memeriksa efektivitasnya. Sebaliknya, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS mengatakan ingin memastikan bahwa tes itu akurat sebelum melakukan tes ke jutaan orang AS.
Pada akhir Januari, pejabat kesehatan Korea Selatan memanggil perwakilan lebih dari 20 perusahaan medis. Mereka dipanggil ke ruang konferensi yang terletak di dalam stasiun kereta api
Salah satu pejabat penyakit menular menyampaikan pesan penting. Negara itu perlu tes efektif segera untuk mendeteksi virus corona dan dia berjanji perusahaan akan segera menyetujui peraturan.
Sepekan setelah pertemuan 27 Januari, KCDC menyetujui uji diagnostik satu perusahaan dengan perusahaan lain segera menyusul. Pada akhir Februari, Korea Selatan menjadi berita utama di seluruh dunia karena pusat skrining ala drive THRU dan kemampuannya untuk menguji ribuan orang setiap hari.
Korsel tidak melakukan penutupan wilayah tetapi mendorong melakukan tes secara cepat dengan 290 ribu orang melakukan tes. Dalam 24 jam, Korea Selatan melaporkan 93 kasus baru dengan 3 orang meninggal dunia. Angka ini menurun dari dua pekan sebelumnya yang menemukan hingga 909 kasus dalam 24 jam.
Keberhasilan Korea Selatan ini menjadi kritik pedas bagi Amerika Serikat. Negara itu mendeteksi kasus pertamanya pada hari yang sama dengan Korea Selatan. Namun, baru sekitar 60.000 tes telah dijalankan oleh laboratorium publik dan swasta di negara berpenduduk 330 juta jiwa itu.
Akibat dari keterlambatan itu, para pejabat AS tidak memiliki data akurat berapa banyak warganya yang telah terinfeksi dan di mana mereka terkonsentrasi. Padahal, lebih dari 7.000 kasus telah diidentifikasi pada Rabu.
Korea Selatan mengambil risiko, melepaskan tes yang diperiksa dengan cepat, kemudian kembali untuk memeriksa efektivitasnya. Sebaliknya, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS mengatakan ingin memastikan bahwa tes itu akurat sebelum melakukan tes ke jutaan orang AS.