Tari sering disebut juga ”beksa”, kata “beksa” berarti “ambeg” dan “esa”, kata tersebut mempunyai maksud dan pengertian bahwa orang yang akan menari haruslah benar-benar menuju satu tujuan, yaitu menyatu jiwanya dengan pengungkapan wujud gerak yang luluh.
Foto Sri Mulyani |
Surakarta merupakan pusat seni tari. Sumber utamanya terdapat di Keraton Surakarta dan di Pura Mangkunegaran. Dari kedua tempat inilah kemudian meluas ke daerah Surakarta seluruhnya dan akhirnya meluas lagi hingga meliputi daerah Jawa Tengah, terus sampai jauh di luar Jawa Tengah. Seni tari yang berpusat di Kraton Surakarta itu sudah ada sejak berdirinya Kraton Surakarta dan telah mempunyai ahli-ahli yang dapat dipertanggungjawabkan. Tokoh-tokoh tersebut umumnya masih keluarga Sri Susuhunan atau kerabat kraton yang berkedudukan.
Macam-macam tarian :
- Bedhaya Ketawang
Bedhaya Ketawang adalah juga salah satu tarian tradisional yang datang dari SOLO dan Jogja ( Pulau Jawa bagian Tengah). Kita sering lihat tarian ini dalam beberapa aktivitas seperti suatu upacara penobatan raja, festival atau pertunjukan. Bedhaya Ketawang dimainkan oleh 9 penari. Masing-Masing penari mempunyai tugas dan nama khusus. Nama mereka adalah Batak ( penari pertama), Endhel Ajeg, Endhel Weton, Apit Ngarep, Apit Mburi, Apit Meneg, Gulu, Dhada, dan Boncit.
Tarian ini pada umumnya ditemani oleh Musik Jawa Orkes yang disebut Gamelan. Gamelan ini dinamai Gamelan Kyai Kaduk Manis yang terdiri dari dari banyak instrumen musik seperti kendhang Ageng ( kendhang besar), Kendhang Ketipung, Kenong, dan kethuk
- Tari Serimpi Dan
- Tari Merak
- Tari watang (pasukan tombak remaja perkasa),
- Tari jemparing putri (pasukan panah gadis-gadis ayu),
- Tari jathilan (Jaran Kepang, pasukan berkuda yang sigap dan semangat) masing-masing dengan kostum budaya Jawa yang adhi luhung.
- Seni Barong Blora, merupakan salah satu kesenian rakyat yang sangat populer di kalangan masyarakat Blora. Alur cerita bersumber dari hikayat panji. Di dalam seni Barong tercermin sifat-sifat kerakyatan seperti spontanitas, sederhana, keras, kompak yang dilandasi kebenaran. Kesenian barongan berbentuk tarian kelompok yang terdiri dari tokoh Singo Barong, Bujangganong, Joko Lodro/Gendruwon. Jaranan/Pasukan Berkuda, serta prajurit.
- Topeng Ireng kepanjangan dari Tata Lempeng Irama Kenceng yang artinya baris lurus irama keras. Topeng ireng hidup dan berkembang di lereng Gunung Merbabu dan Merapi. Kesenian itu sering dipergunakan untuk acara hajatan. Sekelompok penari dengan sepatu gemerincing dan kostum bak Indian Boyolali, topi bulu ayam, kain berwarna-warni memainkan tarian dinamis yang mengundang tepuk tangan penonton.
- Tari Aplang merupakan tarian tradisional yang berasal dari Kabupaten Banjarnegara. Dahulu Tari Aplang digunakan untuk syiar Agama Islam. Aplang berasal dari kata ndaplang yang berarti tangan digunakan seperti gerakan silat. Tarian ini ditarikan oleh remaja putra-putri dengan diiringi rebana, bedug, kendang dan nyanyian syair salawatan. Kostumnya model Islam Jawa yang indah dipandang mata. Kembali ke Jatidiri Bangsa Kabupaten Banjarnegara.
- Singo Barong. Kesenian ini merupakan kesenian tradisional asli rakyat Demak, yang dilatar belakangi sejarah Demak. Hutan Glagah Wangi akan dijadikan pemukiman, namun Sang Penunggu yang merupakan sosok gaib Singo Barong Kembar tidak mau menerimanya. Dengan kesaktian “Cemeti Saptomowo” siluman Singo Barong dapat ditaklukkan. Prajurit dengan kostum surjan menaiki Kuda Kepang warna-warni yang indah.
- Tari Gondoriyo. Perpaduan antara tari, teater dan gerak akrobatik. Ceritera diambil dari babad panji yaitu kisah cinta Raden Panji Asmarabangun adri Jenggala yang mempersunting Dewi Sekartaji dari Kediri. Untuk adapat mempersunting putri tersebut Raden Panji harus dapat mempersembahkan seekor singo barong yang dapat berbicara. Joko Lodro utusan Raden Panji dapat menangkap Singa Lodro di hutan Lodaya.
- Tari Loro Blonyo. Tari Loro Blonyo merupakan gambaran Dewi Sri dan saudaranya Dewa Sadana. Dewi Sri adalah Dewi pelindung padi dan pemberi berkah serta merupakan lambang kemakmuran. Dewa Sadana adalah Dewa sandang pangan. Pada saat sekarang, kedua dewa dan dewi tersebut sudah sirna dari bumi pertiwi dan menetap di Tirta Kedasar. Sepeninggal mereka keadaan bumi pertiwi makin terpuruk. Bencana, malapetaka serta huru-hara terjadi di mana-mana. Atas petunjuk Dewa Wisnu agar keadaan kembali aman tenteram maka kedua dewa dewi tersebut harus dikembalikan. Hal tersebut tidak mudah karena untuk mendapatkan mereka harus berhadapan dulu dengan raksasa penunggu negara Tirta Kedasar. Semar akhirnya bisa membawa kembali mereka dan bumi pertiwi kembali pulih. Untuk mensyukuri keberhasilan tersebut dibunyikan kothekan lesung yang berirama magis. Tepuk tangan buat Karanganyar.
- Ebleg adalah kesenian khas Kabupaten Kebumen. Sepasukan pemuda memakai kostum warna-warni etnik naik kuda kepang melawan 2 Ular Raksasa. Selamat bagi Kebumen yang telah menampilkan kesenian daerahnya.
- Tarian Soreng Manggala Mangsah Yuda. Sekelompok pasukan perang dipimpin seorang komandan yang meniup terompet kerang bak perang Bharatayuda. Gadis-gadis cantik pasukan Srikandi meramaikan suasana. Pakaian yang gemerlapan menimbulkan suasana ceria.
- Tarian Jathilan. Tarian kera-kera seperti di ramayana. Ada yang berkostum putih rombongan Hanuman. Berkulit merah rombongan Hanggada. Dan Berbulu biru rombongan Anila. Tidak ketinggalan raksasa-raksasa berambut panjang naik kuda kepang.
- Tari Kretek. Tari Kretek diilhami akar kesejahteraan yang sampai kini dirasakan di Kabupaten Kudus. Beberapa penari ayu memakai kain kebaya, selendang bergaris hitam dengan topi lebar sedang membawa tampah tempat tembakau. Tarian menggambarkan kegiatan membuat rokok
- Karya tari yang merupakan kolaborasi Seni Grasak dan Kuntulan ini menceritakan pentingnya kembali kepada alam. Persembahan gunungan berisi sayur dan buah-buahan digotong 4 pemuda gagah. Serombongan petani dan perajurit berkuda mengawalnya.
- Tari rebana,
- Tari Rebana Santri. Putra-putri memakai kain batik khas pekalongan memainkan rebana. Sepatu tali kulit dengan krincingan membuat suasana meriah sekali. Warna hijau dan merah mendominasi disamping gemerlap keemasan
- Terjing Madroh. Gabungan dari Terbang Genjring, Marawis dan Tari Hadroh memeriahkan suasana. Gadis-gadis berpakaian ala Gypsy dengan bahan batik pekalongan warna-warni memeriahkan suasana.
- Tarian Beksan Jurit Ampil menggambarkan salah satu laskar putri Raden Mas Said yang bergelar Pangeran Samber Nyawa. Jangan dianggap menakutkan, putri-putri penari Jurit Ampil memakai kebaya putih lengan pendek membawa gendewa panah dan cundrik dan menari penuh keanggunan. Mahkota janur menghiasi rambutnya
- Tari Warak Dugder. Mengiringi Patung warak sekelompok gadis berpakaian Encim putih biru melenggang lenggok dengan manisnya. Asal kata Dug Der adalah suara bedug Dug Dug dan suara merian Dher. Campuran budaya Islam, Jawa dan Cina melatar belakangi seni ini.
- Tari Prajurit Bumi Rumekso merefleksikan masyarakat pada masa prakemerdekaan. Pasukan putri bersenjatakan panah dan Pasukan pria bersenjatakan toya mempertahankan bumi pertiwi. Gerak yang sederhana namun tegas menjiwai tari ini.
- Tari Kuncaraning Batik Solo memukau semua hadirin. Semua penari membawa bermacam-macam batik. Gerak tari yang gemulai dan kompak sangat indah sekaligus mempromosikan nama motif kain batik. Pada zaman dulu motif batik seperti sebuah yantra, alat afirmasi bagi pemakainya.
- Tari Kuntulan adalah gerak pencak silat yang diwujudkan dalam tarian. Semangat penari membangkitkan gelora semangat penonton.
- Tari Topeng Ireng yang dinamis sangat indah dan membuat para penonton memberi tepuk tangan riuh rendah
[ Sumber: betie ]
Posting Komentar