Gunung Merbabu Bisa Meletus Seperti Sinabung

Groep mannen op bospad di kawasan Gunung Merbabu (1920-1925) [Prentenkabinet Leiden]
Foto di atas adalah aktivitas sejumlah orang pada masa kolonial Belanda di kawasan Gunung Merbabu.

Gunung Merbabu belakangan ini menarik perhatian publik setelah diberitakan terjadi gempa di kawasan lereng gunung setempat pada 17 Februari 2014 lalu. Apakah gempa itu menjadi pertanda bahwa Gunung Merbabu akan meletus? Sampai sejauh ini, memang belum terdapat laporan adanya aktivitas vulkanik yang luar biasa di gunung itu. Yang pasti, dalam catatan sejarah gunung api yang dipublikasikan Smithsonian Institution, Gunung Merbabu pernah meletus pada tahun 1560 dan 1797.

Berdasarkan catatan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), gunung api aktif di Indonesia dapat dibedakan dalam tiga tipe dengan berdasarkan sejarah letusannya [Bemmelen, 1949; van Padang, 1951; Kusumadinata 1979], yaitu; Tipe A (79 buah), adalah gunung api yang pernah meletus sejak tahun 1600; Tipe B (29 buah) adalah yang diketahui pernah meletus sebelum tahun 1600; Tipe C (21 buah) adalah lapangan solfatara dan fumarola. Sedang Gunung Merbabu digolongkan dalam gunung api Tipe B.

Sementara pakar gempa dari Pusat Penelitian Geoteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Danny Hilman Natawijadja menyarankan agar warga sekitar Gunung Merbabu tidak meremehkan peristiwa gempa bumi pada 17 Februari 2014 tersebut. ”Seharusnya jangan diremehkan,” kata Danny Hilman Natawijadja seperti dilansir Tempo.

Seperti diberitakan berbagai media, gempa bumi yang terjadi di Dusun Piji dan Dusun Krajan, Desa Sumogawe, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang pada 17 Februari 2014 lalu mampu merusakkan sedikitnya 45 rumah warga setempat. Dalam gempa ini disertai suara dentuman atau ledakan keras dan kilatan petir [sindonews.com].

Menurut keterangan pihak berwenang, gempa tersebut hanya digolongkan sebagai gempa tektonik dan bukan termasuk gempa vulkanik (akibat aktivitas vulkanik). Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Hendrasto, mengatakan, salah satu ciri gempa vulkanik adalah dampak gempa yang tidak menimbulkan kerusakan di atas permukaan tanah. “Kan, kalau gempa kemarin sampai merusak rumah dan tanah sampai retak,” ujar Hendrasto seperti dilansit Tempo.

Walau gempa  17 Februari 2014 itu digolongkan sebagai gempa tektonik bukan berarti Gunung Merbabu telah mati atau tidak memiliki aktivitas vulkanik. Artinya, suatu saat Gunung Merbabu masih bisa meletus seperti yang terjadi di Gunung Sinabung.

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Subandriyo, membenarkan bahwa Gunung Sinabung semula dikatagorikan dalam gunung api Type B seperti Gunung Merbabu. Walau sudah "tidur" ratusan tahun, Gunung Sinabung akhirnya aktif kembali sejak 2010 dan meletus besar pada 2014 [Solopos-17/2/2014].

Catatan  Smithsonian Institution :
Rekam sejarah letusan Gunung Merbabu di http://www.volcano.si.edu

Gunung Merbabu is a massive forested volcano that rises to the north above a broad 1500-m-high saddle from the renowned Merapi volcano in central Java.  The volcano is elongated in a NNW-SSE direction, parallel to the trend of the long transverse volcanic chain extending from Merapi to Ungaran volcano. Three prominent U-shaped radial valleys extend from the 3145-m-high summit of Merbabu toward the NW, NE, and SE, dividing the volcano into three segments. The most recent magmatic eruptions originated from a NNW-SSE fissure system that cut across the summit and fed the large-volume Kopeng and Kajor lava flows on the northern and southern flanks, respectively. Moderate explosive eruptions have occurred from the summit crater of Merbabu in historical time.
[Sutrisno Budiharto / dari berbagai sumber ]
Lebih baru Lebih lama