Sejak pandemi Covid-19 melanda dunia bulan Maret 2020 lalu, ekonomi seolah jadi lumpuh. Ini dialami oleh hampir semua negara, termasuk Indonesia. Sampai bulan Mei 2020, Kadin mencatat setidaknya ada 15 juta orang yang menganggur akibat di-PHK. Tentunya jumlah itu bisa terus bertambah lagi. Itu baru korban PHK, belum lagi lulusan sekolah atau perguruan tinggi yang juga berkompetisi untuk mendapatkan pekerjaan.
Pemerintah akhirnya merilis Kartu Pra Kerja, program pelatihan demi meningkatkan kesiapan kerja mereka. Idealnya, pelatihan dilakukan secara langsung, bukan online. Namun karena pandemi, maka diadakan secara online agar tidak memicu penularan Covid-19. Selain mendapatkan pelatihan, peserta Kartu Pra Kerja mendapat insentif Rp 600,000 per bulan. Melalui kerja sama dengan sejumlah mitra, Kartu Pra Kerja menyediakan berbagai kelas yang dapat dipilih sesuai kebutuhan peserta.
Setelah lulus dari situ, apakah peserta benar-benar siap kerja? Ini yang menjadi pertanyaan. Sebab pelatihan online tidak semudah pelatihan offline, di mana peserta dan pengajar bertatap muka langsung. Banyak kekurangan dalam pembelajaran jarak jauh, terutama saat memerlukan praktek. Untuk itu diperlukan sinergi yang baik antara pemangku kepentingan, yaitu Project Management Office (PMO), penyedia platform, dan lembaga pelatihan.
Global Entreprneur and Talent Incubator atau lebih populer dengan nama GeTi, menjadi lembaga pelatihan yang terlibat di sini. Bekerjasama dengan BukaLapak, GeTi menyediakan berbagai kelas yang sesuai dengan pilihan peserta. Walaupun kelas online, materinya disampaikan secara detil, jelas, informatif, dan tentu saja dapat dipraktekkan, bukan sekaar teori. GeTi didukung berbagai sejumlah instruktur berkualitas yang berpengalaman di bidangnya. Sebut saja Divera Wicaksono, Praktisi Digital Marketing, atau Dinar Gusti Putri, Pakar Komunikasi. Semua sangat konsen dengan efektifitas program pelatihan online, sehingga penyampaian materi tidak asal-asalan. Sebab semua peserta yang sudah lulus akan mendapat sertifikat. Tentu saja sertifikat ini akan dipertanggungjawabkan kelak, apakah lulusan pelatihan benar-benar kompeten atau tidak.
Bagi GeTi, berkolaborasi dengan Kartu Pra Kerja bukan sekadar menjadi mitra dan mencari profit, namun lebih ke uji kompetensi pihak GeTi sendiri. Tepatnya, menguji apakah teknologi dan aplikasi yang dikembangkan sudah cukup baik mendukung program pelatihan jarak jauh. Fokus GeTi di sini tetaplah menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) siap kerja dengan nilai tambah yang lebih dari sekadar ijazah atau sertifikat, melainkan skill dan wawasan yang mumpuni.***
Posting Komentar